Kebenaran atau kebohongan atas apa yang terjadi pada 17 Agustus 1945, kiranya yang pantas digelisahkan adalah esensinya – sudahkah benar-benar ‘medeka’ bangsa ini. Kegelisahan ini layak dibongkar dengan sekian kondisi bangsa Indonesia yang meragukan ke-merdeka-annya selama ini. Jangan-jangan jawabannya adalah bangsa ini masih terjajah, atau mungkin juga terkendalikan.
Secara kasat mata terlihat bahwa bangsa ini telah merdeka memang betul adanya. Bahkan bangsa Indonesia dapat menjalin hubungan bersama negara-negara secara regional maupun yang lebih luas lagi. Akan tetapi, dengan ke-bebas-annya bangsa ini, kesejahteraan rakyatnya masih tidak juga ditemui kenyataannya. Ada apakah dengan ini semua, apakah kemerdekaan yang merupakan awal melangsungkan agenda pen-sejahtera-an rakyat belum mencapai puncaknya? Atau malah jauh mundur dari maknanya? Banyak prespektif akan menjawab persoalan yang telah dilontarkan. Mungkin ada prespektif yang akan menjawab, rakyat tidak sejahtera bukan karena belum atau tidak merdekanya bangsa. Melainkan karena mereka malas bekerja dan ditambah lagi pemerintah yang tidak mampu men-sejahterakan rakyatnya. Adakalanya jawaban dari satu prespektif, yang mengarah pada ‘nilai’ yang bergelut di ring kehidupan bangsa Indonesia. Dalam artian, ada suatu ‘nilai’ yang tengah menyelimuti keberdirian bangsa Indonesia hingga kemudian mengakibatkan bangsa ini dalam kondisi yang sedemikian rupa. Bukan rakyat juga pula bukan pemerintah yang dipersalahkan. Namun ‘nilai’ yang menyelimuti mereka keduanya tadi dalam menjalankan roda perjalanan bangsanya.
Bertolak dari semua itu, menjadi wajar pertanyaan yang telah dilontarkan sebelumnya. Dan ini, juga seharusnya menggelisahkan seluruh rakyat Indonesia, khususnya pemuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar